Pers IP Gelar Diskusi "Kampus Merdeka : Kolonialisasi dan Kapitalisasi Pendidikan"

Minggu, 23 Februari 2020 08:04 WIB   Program Studi Ilmu Pemerintahan

Diskusi PERS "Kampus Merdeka : Kolonialisasi dan Kapitalisasi Pendidikan". (Foto:Istimewa)

Pada tanggal 20 februari 2020 Pencinta Riset dan Menulis (PERS) IP UMM kembali melakukan kegiatan diskusi dengan tema yang menarik bagi setiap kalangan akademisi. Berbicara mengenai Kolonialiasi dan Kapitalisasi Pendidikan tidak pas rasannya jika tidak menelisik historis guna memahami dan menerka tentang apa yang telah terjadi, akan terjadi, dan juga yang sedang terjadi saat ini.

Saat ini banyak dinamika yang terjadi pada sektor pendidikan di negeri ini. Asumsi dasar pendidikan adalah adannya penyesuaian psikologis dan kondisi sosial. Melengkapi keterampilan yang diperlukan untuk menemukan dan memecahkan masalah yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi. Pemantik pertama Seno Abdul Khomar berbicara mengenai historis penjajahan yang melahirkan budaya mental penjajah hinggah berbicara mengenai peran mahasiswa dalam implementasi kehidupan bermasyarakat, serta meninggung sedikit mengenai asal muasal nama negara Indonesia. Bagi Seno sejauh ini beberapa mahasiswa belum tepat memaknai konsep pengabdian masyarakat, dikarenakan masih adanya rasa superioritas yang berlebihan dalam menyalurkan ilmu kepada masyrakat.

Hal yang sama juga disampaikan pemantik kedua Achmad Nur Cholisyang berbicara mengenai kolonialisasi namun lebih menekankan pada pembicaraan mengenai kapitalisasi pendidikan. Achmad Nur Cholis menjelaskan mengapa sampai adanya kapitalisasi pendidikan. Beberapa  penjelasan yang dibahas didalamnya akibat dari hilangnya orientasi pendidikan dan juga adannya pemenuhan kebutuhan pasar. Pembahasan yang ditawarkan oleh kedua pemantik sangatlah memantik audiens untuk berpikir lebih dalam diskursus kolonialisasi dan kapitalisasi pendidikan, dan selalu berorientasi pada penyaluran ilmu yang tepat dengan pendekatan yang mengatasnamakan rasa sopan kepada mereka yang tak seberuntung mahasiswa dalam hal distribusi ilmu pengetahuan.

Shared: