Kembali Berdiskusi, Pers IP Kuak Anomali Pembangunan di Indonesia

Senin, 10 Desember 2018 14:16 WIB   Program Studi Ilmu Pemerintahan

Kembali Berdiskusi, Pers IP Kuak Anomali Pembangunan di Indonesia

Pada tanggal 7 Desember kemarin Pers Ip kembali duduk bersama pegiatnya, komunitas Diskusi ini menghadirkan penulis buku Catat Caraku mencerca sebagai pemantik diskusi, yakni Achmad Nur Cholis. Diskusipun dimulai tepat pada pukul 19:00 di 611 GKB UMM, walau dilaksankan di kampus diskusi tetap berjalan dengan semangat kritis yang tinggi dan memang ini tujuan dari komunitas diskusi ini didirikan.

            Dengan tema “Indonesia Not For Sale” pemantik mulai menguak anomali pembangunan yang ada di Indonesia, dari Kendeng hingga Kulon Progo itu semua atas nama pembangunan ucapnya kala mengawali diskusi. Dan analisis Weberian pun ia gunakan untuk mengungkap akar kapitalisme dari dalam rahimnya. Pembukaan teori tersebut di respon dengan baik oleh salah satu mahasiswa Ilmu pemerintahan yang juga menggunakan 4 hukum Kapital dan nilai lebih dalam Buku Das Kapital 1 sebagai penjelas pisau analisis kala diskusi itu berlangsung.

            Walau mayoritas pegiat diskusi tersebut adalah mahasiswa semester 1, tetapi mereka tetap bisa mengikuti diskusi dengan pertanyaan pertanyaan kritis yang keluar kala diskusi berlangsung, tak sedikit juga yang kurang sepakat dengan gaya pemateri mengupas pembangunan tetapi dengan satu sudut pandang yakni analisis kelas saja. Bagi beberapa pegiat yang tidak menyebutkan nama, pembangunan adalah salah satu syarat terwujudnya kesejahteraan sosial yang juga menjadi tujuan besar adanya negara.

            Diskusi hangat namun kritis itupun berlangsung hingga jam 21:30, selain karena masalah tempat yang punya batas waktu, diskusi sepanjang malam tak ada baiknya tanpa ada sikap nyata ujar moderator yang memandu jalannya diskusi yang juga mahasiswa Ilmu pemerintahan UMM tersebut. “Penutupan yang disambut dengan tawa dan tepuk tangan tersebut menjadi tanda bahwa diskusi telah disambut baik oleh mahasiswa IP UMM” ucap direktur Pers IP. Selain menjadi tambahan wawasan diskusi juga salah satu kebutahan mahasiswa yang harus di akomodir berapa pun jumlahnya, karena diskusi adalah tempat menguji wawasan dan nalar kita yang kelak akan masuk dalam ruang publik tambah sang direktur.

Shared: